Selasa Pekan Biasa VII

Bacaan Pertama: Sir 2:1-11
Bacaan Injil: Mrk. 9:30-37

Bacaan Injil

Yesus dan murid-murid-Nya berangkat dari situ dan melewati Galilea, dan Yesus tidak mau hal itu diketahui orang; sebab Ia sedang mengajar murid-murid-Nya. Ia berkata kepada mereka: “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia, dan tiga hari sesudah Ia dibunuh Ia akan bangkit.”
Mereka tidak mengerti perkataan itu, namun segan menanyakannya kepada-Nya.
Kemudian tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Kapernaum. Ketika Yesus sudah di rumah, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: “Apa yang kamu perbincangkan tadi di tengah jalan?”
Tetapi mereka diam, sebab di tengah jalan tadi mereka mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara mereka.
Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu. Kata-Nya kepada mereka: “Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.”
Maka Yesus mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka:
“Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku.”

Renungan

Bacaan Injil hari ini menceritakan tentang perjalanan Yesus menuju Kapernaum. Di mana Ia memberitahukan tentang penderitaannya kepada murid-murid-Nya. Namun para murid-Nya tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Yesus. Mereka membicarakan tentang siapa yang paling besar di antara mereka, sehingga mereka tidak fokus pada perkataan Yesus. Mereka terlalu fokus pada hal yang bersifat duniawi tentang menjadi pemimpin, yang paling berkuasa diantara mereka dan mengabaikan aspek penting dari menjadi murid Kristus yaitu pemberiaan diri yang utuh. Memberi sampai habis.

Yesus tahu bahwa setiap orang yang berjuang untuk menegakkan keadilan, kebenaran, kasih dan perdamaian harus siap untuk merasa terluka. Selanjutnya siap untuk dimusuhi, dijauhi bahkan siap untuk mati. Yesus adalah pribadi yang sangat konsisten dengan misinya di dunia. Berjuang menegakkan nilai-nilai Kerajaan Allah berupa cinta kasih, keadilan dan kebenaran. Konsistensi Yesus ini mendorongNya untuk berbicara secara terus terang tentang nasibNya kelak dengan mengatakan: “Anak manusia akan diserahkan ke tangan manusia dan mereka akan membunuh Dia, tetapi tiga hari setelah dibunuh, Ia akan bangkit”.

Sebagai pengikut Kristus, tentu kita juga dipanggil untuk menyebarkan dan menegakkan nila-nilai Kerajaan Allah. Persoalannya, apakah kita sungguh konsisten seperti Yesus atau hanya menjadi pribadi yang kompromistis karena tidak berani memenangkan kebaikan dan keselamatan. Kita takut luka, takut dikucilkan, takut dijauhi dan diasingkan. Menghadapi semuanya itu, satu hal yang tidak pernah boleh dilupakan yaitu bahwa hanya orang beriman yang tidak takut. Karena kita yakin bahwa semua perjuangan kita tidak akan sia-sia, sebab kita berjuang di jalan Allah dan bersama Allah.