Bacaan I: Hos. 14:2-10
Antarbacaan: Mzm. 81:6c-8a,8bc-9,10-11ab,14,17
Injil: Mrk. 12:28b-34.
Bacaan Injil
Lalu seorang ahli Taurat, yang mendengar Yesus dan orang-orang Saduki bersoal jawab dan tahu, bahwa Yesus memberi jawab yang tepat kepada orang-orang itu, datang kepada-Nya dan bertanya: “Hukum manakah yang paling utama?”
Jawab Yesus: “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa.
Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.
Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini.”
Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus: “Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia.
Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan.”
Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang itu, dan Ia berkata kepadanya: “Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!” Dan seorangpun tidak berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus.
Renungan
Dalam Kitab Suci (KS) selalu disebut dua kelompok yang sering berkonfrontasi dengan Yesus yakni ahli Taurat dan orang Farisi. Akan tetapi, ahli Taurat sering dilihat dan dikenal oleh orang Yahudi pada zaman Yesus menurut pandangan dan sikap hidup mereka dan dianggap termasuk golongan kaum Farisi. Ahli Taurat ini mengenal Kitab Suci dengan baik, ibaratnya sungguh hafal, namun hanya menurut hurufnya, dan hanya dalam hal-hal yang berhubungan dengan Allah, atau hal ibadat atau hal keagamaan. Tetapi dalam hubungan mereka secara manusiawi dengan sesama justru banyak bertentangan dengan isi atau tujuan perintah-perintah Allah, yang tercantum dalam KS yang mereka kenal.
Sebagai ahli Taurat dan Rabbi, mereka selalu menunjukkan mutlak pentingnya perintah-perintah Perjanjian Lama (PL). Dan kaum Farisi memastikan adanya 613 perintah dalam Taurat Musa. Dari 613 buah itu 248 adalah perintah positif (“kamu harus…”), dan 365 perintah negatif (“kamu jangan…”). Inilah latar belakang pertanyaan mendasar yang disampaikan oleh seorang ahli Taurat kepada Yesus: “Perintah manakah yang paling utama?”
Kasih kepada Allah dan kepada sesama sebagai kewajiban melaksanakan perintah Allah bukanlah dari Yesus aslinya. Sebab, kedua perintah itu sudah ada dalam Perjanjian Lama. Adapun kekhususannya yang ditambahkan oleh Yesus ialah, bahwa kedua perintah itu adalah sama nilainya. Ia menegaskan, bahwa kita tidak bisa memperhatikan dan melaksanakan hanya salah satu di antaranya tanpa melakukan yang lain. Dasar atau motivasi kita untuk mengasihi sesama timbul dari kasih kita kepada Allah. Dengan kata lain, kasih kita kepada Allah dibuktikan dan diteguhkan oleh kasih kita kepada sesama. Dan sebenarnya kasih kita kepada sesama bukanlah hanya suatu kasih yang dituntut oleh kasih kita kepada Allah. Atau sekadar sebagai lanjutan yang timbul dari kasih kepada Allah. Melainkan dalam arti tertentu kasih kita kepada sesama merupakan suatu kondisi sebelum kasih kita kepada Tuhan. Sebenarnya tidak ada kasih kepada Allah, yang sudah merupakan kasih kita kepada sesama. Jadi kasih kita kepada Allah menjadi nyata berkat adanya kasih kita kepada sesama.
Kasih kepada Allah dan kepada sesama bukanlah perintah yang hanya untuk diketahui saja. Akan tetapi, kedua hukum ini mesti dilaksanakan dalam tindakan nyata. Kesetiaan untuk melakukan kedua perintah ini justru membuat kita masuk dalam Kerajaan Allah. Yesus katakan kepada ahli Taurat bahwa ia tidak jauh dari Kerajaan Allah, karena memang ia sudah mengetahui hukum itu, tapi belum melakukannya. Yesus sendiri pada akhirnya memberikan contoh kepada kita perihal kedua hukum itu dilaksanakan. Kasih kepada Allah dilakukan Yesus dengan taat kepada kehendak Bapa-Nya. Dan kasih kepada manusia Ia tunjukkan dengan kesediaan mati di kayu salib demi keselamatan semua orang berdosa. Semoga pada masa prapaskah ini kita semua sanggup meneladani kasih yang dihidupi Yesus dengan taat pada kehendak Bapa dan berani berkorban demi sesama.