Bacaan Injil Yoh. 14:23-29
Jawab Yesus: “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.
Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku; dan firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku.
Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.
Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.
Kamu telah mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar dari pada Aku.
Dan sekarang juga Aku mengatakannya kepadamu sebelum hal itu terjadi, supaya kamu percaya, apabila hal itu terjadi.
Renungan
Bacaan-bacaan hari ini membahas tentang kontinuitas kehadiran Allah dalam hidup manusia dan kesatuan dalam keberagaman.
Bacaan pertama menggambarkan konsili Yerusalem yang terjadi sekitar tahun 4950 M. Ini adalah konsili besar pertama dalam gereja. Keputusan konsili Yerusalem menandaskan dua hal penting dalam misi gereja. Pertama, keselamatan terjadi melalui kasih karunia dan iman kepada Yesus Kristus; bukan kepatuhan ketat pada hukum. Kedua, Keputusan ini menyoroti peran gereja dalam memahami masalah-masalah iman dan praktik melalui kebijaksanaan kolektif dan bimbingan Roh Kudus.
Bacaan ini mengingatkan kita bahwa persekutuan sejati tidak terjadi dengan menghapus perbedaan, tetapi merangkul keberagaman di bawah prinsip-prinsip perdamaian dan saling menghormati. Selain itu, kita juga ditantang untuk menjadi pembawa damai, mengupayakan persatuan bahkan dalam menghadapi perpecahan yang sudah berlangsung lama. Kita dipanggil untuk membangun jembatan, bukan tembok. Memahami bahwa kasih karunia Kristus melampaui batas negara, budaya, dan bahkan peperangan.
Bacaan kedua menerangkan visi Yerusalem baru yang menantang kita untuk memikirkan hakikat ibadah dan komunitas sejati. Tidak adanya bait suci secara fisik menandakan bahwa Allah menghendaki persekutuan langsung dengan umat-Nya. Allah tidak membatasi diri pada bangunan atau ritual, tetapi hidup dalam setiap aspek kehidupan manusia. Lebih jauh lagi, gambaran persatuan, Israel, dan para rasul memanggil kita untuk mengatasi perpecahan dalam komunitas kita. Jika visi kekal Tuhan mencakup persatuan sempurna di antara umat-Nya, bukankah kita juga harus berupaya mencapai hal yang sama?
Dalam Injil, Yesus menyampaikan pesan penghiburan dan kepastian kepada para pengikut-Nya saat Ia mempersiapkan kepergian-Nya. Pesan ini menekankan kasih yang ditunjukkan melalui ketaatan pada ajaran-ajaran-Nya. Kepatuhan ini bukan sekadar menaati aturan, tetapi terutama tentang memeluk gaya hidup yang berakar pada kasih dan pelayanan. Dalam pesan ini, Yesus juga memperkenalkan Roh Kudus yang disebut sebagai pembela (parakletos). Roh Kudus berfungsi sebagai penunjuk kehadiran Allah yang kontinyu, membimbing, dan memberi kuasa kepada orang percaya saat Yesus tidak hadir secara fisik.
Tema utama dalam bagian ini adalah anugerah kedamaian. Kedamaian atau shalom, melampaui sekadar situasi tanpa konflik. Shalom mencakup kesejahteraan dan harmoni holistik yang tidak dapat disediakan oleh dunia. Kedamaian itu berakar pada hadirat Allah dan kepastian janji-janji-Nya. Inilah salah satu buah dari Roh Kudus yang Yesus janjikan. Ini berarti bahwa kehadiran Tuhan tidak terbatas pada apa yang dapat kita lihat atau sentuh. Roh-Nya hidup di dalam kita, mengingatkan kita akan perkataan-Nya dan menguatkan kita saat lemah atau tidak yakin. Persahabatan yang konstan ini menunjukkan kepada kita bahwa Tuhan selalu setia. Saat kita menghadapi tantangan dan ketidakpastian hidup, kita dapat berpegang pada kedamaian yang dijanjikan Yesus. Itulah kedamaian yang tidak tergoyahkan oleh masalah, sebab kedamaian itu berakar pada kasih Allah yang tidak pernah berubah. Kita diingatkan bahwa Yesus bukan sekadar tokoh dari masa lalu. Dia adalah kehadiran yang hidup bersama kita melalui Roh Kudus yang menawarkan penghiburan, bimbingan dan kedamaian setiap hari. Semoga Tuhan memberkati kita semua. (RD. Kristo D. Selamat)