Hari Raya Tritunggal Mahakudus

Bacaan Injil Yoh 16:12-15

Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya.
Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang.
Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku.
Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku.”

Renungan

Ada sebuah pertanyaan sederhana dari seorang anak kecil kepada Kakeknya, “Apa itu angin?”. Sang Kakek termenung sejenak lalu menjawab: “Angin, tidak dapat kita lihat, tetapi dapat kita rasakan. Dia menerbangkan dedaunan dan menghembusi pipimu”. Dialog singkat ini adalah gambaran indah tentang misteri yang kita rayakan hari ini: Tritunggal Mahakudus. Kita tidak sepenuhnya dapat melihat atau menjelaskan-Nya, tetapi kehadiran dan kuasa-Nya dapat kita rasakan.

Bacaan dari kitab Amsal menyajikan refleksi puitis tentang peran hikmat dalam penciptaan. Dia dipersonifikasi sebagai perempuan yang berdiri di samping pengalaman manusia; yang memanggil semua orang. Bacaan ini mengajak kita untuk merenungkan hubungan antara kebijaksanaan ilahi dan tatanan ciptaan. Penciptaan bukanlah sesuatu yang acak atau kebetulan. Ada tujuan dan rancangan di baliknya. Ini menunjukkan betapa berharganya ciptaan di mata Tuhan. Kebijaksanaan bukanlah sesuatu yang jauh atau misterius. Dia telah ada bersama Tuhan sebelum gunung, lautan, bahkan langit terbentuk. Hikmat Tuhan itu tidak tersembunyi dalam rumah-rumah ibadat atau buku saja. Kita menemukannya dalam tatanan alam, kebaikan hati manusia, dan dalam keputusan bijaksana yang dibuat dengan cinta dan keadilan. Kebijaksanaan memanggil di jalan, artinya kebijaksanaan terbuka bagi siapa saja yang bersedia mendengarkan.

Bacaan kedua menyoroti berkat pembenaran oleh iman. Paulus memulai dengan menyatakan, “Karena kita dibenarkan karena iman, kita beroleh damai sejahtera dengan Allah melalui Yesus Kristus, Tuhan kita.” Kedamaian ini merujuk pada hubungan yang dipulihkan dengan Tuhan. Yang tidak lagi ditandai oleh rasa bersalah atau keterasingan. Paulus selanjutnya mengatakan bahwa kita juga bersukacita  dalam penderitaan. Mengapa penderitaan menjadi sesuatu yang patut disyukuri? Paulus menjelaskan bahwa penderitaan menghasilkan daya tahan. Daya tahan membangun karakter dan karakter memperkuat harapan. Ini bukanlah sejenis optimisme yang dangkal, tetapi keyakinan yang mendalam bahwa Tuhan tetap bekerja bahkan dalam kesulitan. Kehadiran Roh Kudus meyakinkan kita bahwa kita tidak sendirian.

Bacaan ini menyoroti fakta bahwa iman kepada Kristus tidak menghilangkan penderitaan, tetapi mengubah cara kita menghadapinya. Penderitaan yang kita hadapi tidak pernah tanpa makna. Dia menjadi bagian dari perjalanan yang menumbuhkan dan memperdalam kepercayaan kita kepada Tuhan. Harapan yang kita miliki tidak didasarkan pada perubahan keadaan, tetapi pada kasih Allah yang tak tergoyahkan dalam hati kita.

Dalam Injil, Yesus menjanjikan Roh Kudus yang akan menuntun para murid menuju kebenaran. Seberapa sering kita merasa tidak pasti karena tidak menemukan jawaban final dalam hidup ini?  Hidup kita penuh keputusasaan, tantangan, dan pertanyaan tentang iman. Yesus mengerti hal ini. Dia tidak mengharapkan kita mengetahui segalanya dengan segera. Sebaliknya, Dia menganugerahkan  Roh untuk berjalan bersama kita, untuk berbicara kepada hati kita, dan untuk menunjukkan kebenaran dengan cara yang dapat kita pahami persis saat kita membutuhkannya.

Inilah Keindahan Tritunggal, Bapa, Putra, dan Roh Kudus, yang bukan sekadar ide teologis. Tritunggal adalah sebuah relasi kasih. Sang Bapa mengutus Sang Putra. Sang Putra menyingkapkan Sang Bapa, dan Roh Kudus membantu kita menghayati kebenaran itu dalam kehidupan sehari-hari. Trinitas adalah tentang relasi, cinta, dan visi bersama. Dia menjadi model bagi relasi manusia dalam mendengarkan, mencintai, dan mendukung satu sama lain.

Renungkan tentang kehidupan kita masing-masing. Apakah kita sedang berada dalam situasi yang membutuhkan jalan keluar? Apakah kita sedang merahasiakan sebuah pertanyaan atau beban yang terlalu berat? Injil hari ini mengingatkan  bahwa Tuhan tidak menelantarkan kita. Roh Kudus menyertai kita, dalam keheningan-Nya yang agung menyentuh, menolong, dan menyingkapkan kehadiran Tuhan pada momen sederhana. Dalam tutur kata yang baik, momen penuh kedamaian, atau bahkan ilham saat berdoa.

Jadi pada hari ini, di Minggu Tritunggal Mahakudus, janganlah berusaha memecahkan misteri Tuhan secara matematis. Sebaiknya, tanyakan di mana saya melihat hikmat Tuhan dalam hidup saya saat ini? Apakah saya terbuka terhadap kedamaian dan harapan yang Yesus tawarkan kepada saya? Dapatkah saya mendengarkan suara lembut roh yang membimbing saya? Seperti angin, Trinitas ada di sekitar kita, bergerak, menggerakkan, menghibur, dan memanggil. Kita mungkin tidak melihat-Nya, tetapi ketika membuka hati, kita pasti akan merasakan-Nya. Marilah kita hidup dengan hati terbuka, terbenam dalam kasih Bapa, bersukacita dalam kedamaian Kristus, dan tuntunan lembut Roh Kudus. Semoga Trinitas bukan hanya sesuatu yang kita teliti, melainkan pribadi yang kita imani setiap hari. Semoga Tuhan memberkati kita semua. (RD. Kristo D. Selamat)