Festival Budaya dan Religi Paroki Santa Familia Wae Nakeng 2025: Merayakan Persaudaraan dalam Semangat Sinodalitas

Nuansa budaya Manggarai, aroma kuliner lokal, dan lantunan doa hadir di halaman gedung serba guna Paroki Santa Familia Wae Nakeng selama tiga hari, 29-31 Mei 2025. Ini adalah Festival Budaya dan Religi ke-empat yang kembali digelar dengan penuh kemeriahan. Mengusung tema “Merajut Persaudaraan dalam Semangat Sinodalitas”, festival ini bukan sekadar ajang perayaan, melainkan panggung refleksi iman, ruang dialog antarumat beragama, dan sekaligus wadah penguatan ekonomi masyarakat melalui UMKM.

Kegiatan tahunan yang menjadi program tetap Dewan Pastoral Paroki (DPP) Santa Familia ini dibuka secara resmi oleh Uskup Keuskupan Labuan Bajo, Mgr. Maksimus Regus. Dalam sambutannya, beliau memberikan apresiasi mendalam terhadap partisipasi umat dan seluruh elemen masyarakat yang terlibat. “Festival ini tidak hanya mempererat tali persaudaraan umat Paroki Santa Familia, tetapi juga menjadi bagian nyata dari arah pastoral Keuskupan Labuan Bajo. Ini memberi warna pada ziarah iman umat kita,” ujar Mgr. Maksimus dengan penuh semangat.

Harmoni dalam Perbedaan, Spirit Sinodalitas yang Hidup

Festival tahun ini menunjukkan wajah Gereja yang terbuka, partisipatif, dan inklusif. Atraksi pentas seni, drama budaya, hingga perarakan patung Bunda Maria dari Agro Wisata menuju Gereja Paroki menjadi rangkaian kegiatan yang menggugah hati. Puncak festival ditandai dengan Perayaan Ekaristi Penutupan Bulan Maria, menghadirkan suasana religius yang penuh haru dan kebersamaan.

Partisipasi datang dari berbagai kalangan—anak-anak TK hingga siswa SMA, umat lintas wilayah dan agama, bahkan dari komunitas GMIT dan Muslim. Semua berpadu dalam semangat yang sama: membangun harmoni, merawat tradisi, dan menjalin dialog lintas iman.

Romo Carles Suwendi, Pastor Paroki Santa Familia, menegaskan bahwa festival ini bukan hanya selebrasi budaya, tetapi juga panggilan untuk keterlibatan aktif dalam hidup menggereja. “Kita ingin umat tidak hanya hadir sebagai penonton, tetapi benar-benar menjadi pelaku Gereja yang sinodal: berjalan bersama, mendengarkan, dan berdialog,” tutur Romo Carles.

Gereja yang Ramah Anak dan Pro UMKM

Sebagai paroki yang telah mengembangkan paradigma Gereja Ramah Anak, panitia festival secara khusus menyediakan ruang kreatif dan edukatif bagi anak-anak. Di sini, anak-anak tidak hanya bermain, tetapi juga belajar mencintai budaya dan iman melalui aktivitas yang menyenangkan dan mendidik. Kehadiran ruang anak ini menjadi refleksi nyata dari komitmen Keuskupan Labuan Bajo dalam mewujudkan Gereja yang ramah dan berpihak pada masa depan generasi muda.

Tak hanya itu, geliat ekonomi lokal turut didorong lewat partisipasi UMKM. Tahun ini tercatat ada 19 UMKM yang ambil bagian dalam festival, dengan keterlibatan pelaku usaha dari lintas agama. Inisiatif ini mendapat apresiasi luas karena bukan saja menopang ekonomi masyarakat Lembor, tetapi juga memperkuat semangat kebersamaan dan toleransi.

Festival sebagai Cermin Harapan

Festival Budaya dan Religi Paroki Santa Familia Wae Nakeng 2025 telah melampaui sekadar seremoni tahunan. Ia tumbuh menjadi ruang dialog, wadah kolaborasi, dan momentum pastoral yang menyentuh berbagai dimensi kehidupan umat. Semangat sinodalitas yang menjadi benang merah kegiatan ini terasa nyata: bahwa Gereja berjalan bersama seluruh umat, dalam keberagaman dan semangat persaudaraan sejati.

Dengan partisipasi yang semakin luas, kualitas kegiatan yang terus meningkat, serta pesan-pesan transformatif yang mengakar, Festival ini menegaskan dirinya sebagai ikon budaya dan religius yang membanggakan, tidak hanya bagi Paroki Santa Familia, tetapi juga bagi seluruh Keuskupan Labuan Bajo. (Oleh: Fr. Sasly Jemparut)