Hari Raya Pentakosta

Bacaan Injil (Yoh. 14:15-16,23b-26)

Pada malam perjamuan terakhir, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku. Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya,”Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diambersama sama dengan dia. Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku; dan firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama sama dengan kamu; tetapiPenghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.

Renngan

Hari ini Gereja merayakan Pentakosta. Hari Raya ini dikenal juga sebagai saat lahirnya Gereja melalui karunia Roh Kudus. Dari bacaan-bacaan suci, kita dapat merenungkan beberapa pesan penting berikut ini.

Pertama, Pentakosta adalah momen perutusan untuk mengampuni. Setelah menandai para murid dengan damai sejahtera, Yesus mengutus mereka. Kata-kata pertama-Nya tidak bernuansa kemarahan atau penghakiman, tetapi kedamaian. “Semoga damai menyertaimu”, kata-Nya. Yesus menawarkan penghiburan, penyembuhan, dan pengampunan. Salam sederhana ini mengingatkan kita bahwa perdamaian sejati dimulai dengan pengampunan. Yesus lalu menambahkan, “Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian pula sekarang Aku mengutus kamu.” Pada saat itu, Yesus memberi mereka misi untuk melanjutkan pekerjaan-Nya di dunia.
Pentakosta dalam Injil Yohanes merupakan perutusan yang didasari oleh tujuan tertentu. Tugas pertama para murid adalah mengampuni. “Jika kamu mengampuni dosa seseorang, dosanya diampuni”. Ini bukan tentang memegang kekuasaan atas orang lain. Tujuannya adalah membawa orang-orang ke dalam kedamaian dan keutuhan melalui rahmat Tuhan.

Kedua, Pentakosta menandai peran komunitas Gereja dalam perutusan. Saat Yesus menampakkan diri, Thomas tidak ada. Karena alasan itulah dia meragukan kebangkitan. Kehilangan kehadiran roh dapat membuat seseorang lebih sulit untuk percaya. Detail sederhana ini menyoroti elemen lain dari Pentakosta Yohanes, yakni peran komunitas gereja. Para murid berkumpul bersama untuk menerima roh dan ditugaskan untuk bekerja sebagai sebuah komunitas. Komunitas adalah tempat kita saling mendukung dan mengangkat satu sama lain. Ia mengundang kita untuk bertanya bagaimana kita melanjutkan misi Yesus saat ini? Apakah kita membawa kedamaian di mana ada ketakutan, dan pengampunan di mana ada luka? Seperti suara yang akrab di tengah keramaian, kita dipanggil untuk menjadi tanda harapan dan peneguhan bagi orang lain.

Ketiga, Roh Kudus memberdayakan orang-orang biasa untuk melakukan hal-hal yang luar biasa. Para pengikut Kristus bukanlah pembicara di depan umum atau pemimpin yang terlatih. Mereka adalah nelayan, pemungut cukai, masyarakat biasa, bahkan orang-orang berdosa. Roh Kudus memberanikan mereka berbicara dalam banyak bahasa dan menjangkau orang-orang dari berbagai belahan dunia. Ini menunjukkan kuasa Tuhan yang melampaui prasyarat manusiawi. Dia bisa memakai siapa saja untuk menjadi alat-Nya. Dia memperlengkapi kita dengan roh untuk melangkah dalam iman. Pentakosta bukan hanya tentang momen dramatis dalam sejarah. Ini tentang bagaimana kita juga dipanggil dan diberdayakan untuk menjadi pembawa pesan perdamaian, persatuan, dan harapan di zaman kita sendiri.

Keempat, Pentakosta merupakan panggilan kepada persekutuan. Proklamasi multibahasa ini menandakan jangkauan universal Injil dan sifat inklusif komunitas Kristen perdana. Narasi Lukas menafsirkan ulang perayaan ini sebagai peresmian perjanjian baru yang ditandai dengan pencurahan Roh dan kelahiran misi gereja kepada dunia. Pada hari Pentakosta, Allah mempertemukan kembali umat dengan memperbolehkan mereka untuk saling memahami. Ini memperlihatkan bahwa Allah ingin mempersatukan, bukan memisahkan. Peristiwa Pentakosta mengingatkan kita untuk melihat bagaimana Roh Kudus masih bekerja melalui berbagai orang dan komunitas saat ini. Ini mendorong kita untuk bersikap terbuka terhadap semua orang, mendengarkan orang lain, dan berbicara dengan cara yang menyatukan orang.
Tema ini dibahas secara lebih mendalam dan simbolik dalam bacaan kedua. Pesan Paulus jelas. Keberagaman bukanlah kelemahan, namun kekuatan jika dipersatukan dalam kuasa Roh Kudus. Karunia setiap orang itu penting. Tidak seorang pun lebih penting dari yang lain, dan semuanya penting bagi tubuh Kristus. Paulus mengajak kita untuk merenungkan karunia-karunia kita sendiri. Apakah kita menggunakannya untuk kebaikan orang lain atau hanya untuk diri kita sendiri? Apakah kita menghargai anugerah orang lain meski anugerah itu berbeda dengan anugerah kita? Dalam lingkungan gereja atau masyarakat, kita sering kali mudah untuk membandingkan atau bahkan bersaing. Paulus mengingatkan kita bahwa Roh mempersatukan kita bukan dengan menjadikan kita sama, tetapi dengan membantu kita bekerja bersama dengan kasih. Ketika kita menghargai pekerjaan Roh dalam satu sama lain, kita membantu membangun gereja yang benar-benar mencerminkan kesatuan dan keindahan Tuhan. Itulah panggilan kita kepada persekutuan yang sejati.

Pada Hari Raya Pentakosta ini, marilah kita membuka hati kita kepada Roh Kudus. Bukan sekadar untuk dihibur, tetapi untuk diutus untuk mengampuni, melayani, dan membawa kedamaian dimana pun kita berada. Semoga Tuhan memberkati kita semua. (RD. Kristo D. Selamat)