Hati Raya Tubuh dan Darah Kristus

Bacaan Injil Luk 9:11b-17

Akan tetapi orang banyak mengetahuinya, lalu mengikuti Dia. Ia menerima mereka dan berkata-kata kepada mereka tentang Kerajaan Allah dan Ia menyembuhkan orang-orang yang memerlukan penyembuhan.

Pada waktu hari mulai malam datanglah kedua belas murid-Nya kepada-Nya dan berkata: “Suruhlah orang banyak itu pergi, supaya mereka pergi ke desa-desa dan kampung-kampung sekitar ini untuk mencari tempat penginapan dan makanan, karena di sini kita berada di tempat yang sunyi.”

Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Kamu harus memberi mereka makan!” Mereka menjawab: “Yang ada pada kami tidak lebih dari pada lima roti dan dua ikan, kecuali kalau kami pergi membeli makanan untuk semua orang banyak ini.”

Sebab di situ ada kira-kira lima ribu orang laki-laki. Lalu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: “Suruhlah mereka duduk berkelompok-kelompok, kira-kira lima puluh orang sekelompok.”

Murid-murid melakukannya dan menyuruh semua orang banyak itu duduk.

Dan setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya supaya dibagi-bagikannya kepada orang banyak.

Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian dikumpulkan potongan-potongan roti yang sisa sebanyak dua belas bakul.

Renungan

Hari ini, Gereja merayakan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus. Hari raya ini ditetapkan oleh Paus Urbanus IV pada 8 September 1264 yang isinya memaklumkan agar Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus dirayakan setiap tahun pada hari Kamis sesudah Hari Raya Tritunggal Mahakudus. Namun, berpedoman Kanon 1246 poin 2, KWI menetapkan agar Hari Raya Tubuh dan Darah Tuhan dirayakan pada hari Minggu kedua setelah Hari Raya Pentakosta atau hari Minggu pertama setelah Hari Raya Tritunggal Maha Kudus.

Perayaan ini menarik seluruh diri kita ke dalam misteri iman: Yesus yang sungguh hadir dalam Ekaristi. Dalam Injil yang diambil dari Lukas, Yesus menerima orang banyak, mengajar, menyembuhkan, dan kemudian memberi mereka makan. Para murid khawatir tentang logistik; Yesus didesak untuk menyuruh orang pergi mencari makanan. Namun Yesus menjawab mereka dengan sebuah tantangan: “kamu harus memberi mereka makan.” Hanya dengan lima roti dan dua ikan, Yesus memberkati, memecah, dan memberi – dan ajaibnya, ada lebih dari cukup untuk semua orang.

Momen tersebut menandakan Ekaristi. Yesus tidak hanya menanggapi kebutuhan fisik. Dia sedang menjawab kebutuhan yang lebih dalam, yakni kelaparan rohani. Seperti orang-orang yang mengikuti Dia di padang gurun, kita datang kepada Yesus dalam kebutuhan kita sendiri — dan Dia memberi kita sesuatu yang lebih besar dari roti – Dia mengisi rasa lapar jiwa kita.

Pada Hari Raya Corpus Christi, kita merayakan mukjizat yang sama: Yesus menyerahkan Diri-Nya — Tubuh dan Darah-Nya — untuk kehidupan dunia. Ekaristi bukanlah simbol semata; Dia adalah makanan rohani yang menopang kita setiap hari. Itulah sebabnya banyak orang hadir dalam Misa harian — bukan karena kewajiban, tetapi karena kebutuhan. Komuni adalah makanan rohani kita; Dia mengisi apa yang dunia biarkan kosong.

Tindakan Yesus dalam memberkati, berbagi, dan memberi bukan hanya tentang roti – ini tentang kehidupan-Nya. Tubuh-Nya menjadi makanan. Darah-Nya yang tertumpah memberikan perlindungan dan kehidupan baru. Ekaristi menguatkan kita untuk misi dan memberi kita rahmat untuk menghadapi cobaan dengan keberanian. Namun apakah itu benar-benar mengubah kita? Ya — meski sering kali dengan cara yang tenang dan bertahap.

Ketika kita menerima Komuni dengan iman dan keterbukaan, Kristus mulai hidup lebih dalam pada diri kita. Kehadiran-Nya melembutkan hati, mencerahkan pikiran, dan menguatkan jiwa kita. Kita dimampukan untuk mencintai dengan kasih yang lebih besar, kita lebih bebas untuk memaafkan, dan menanggapi tantangan hidup dengan kedamaian yang bukan milik kita.

Rahmat Ekaristi bekerja secara diam-diam, seperti ragi dalam adonan – perlahan-lahan mengubah pikiran, keinginan, dan tindakan kita—mencerminkan hati Yesus. Kita bisa lebih sabar. Dalam kemacetan, lebih pemaaf setelah bertengkar, atau lebih murah hati dengan waktu kita. Kekuatan untuk mengasihi orang miskin, mengatasi godaan, dan bertahan dalam penderitaan tidak datang dari kita, melainkan dari Dia yang kita terima. Seperti roti yang menjadi bagian dari tubuh kita, Ekaristi perlahan-lahan membentuk hati dan kepribadian kita untuk menjadi lebih seperti Kristus. Pada perayaan ini, marilah kita mengingat bahwa pada setiap Misa, Yesus masih berkata: “Berilah mereka sesuatu untuk dimakan.” ”—dan Dia menyerahkan diri-Nya, sehingga kita pada gilirannya dapat menjadi Ekaristi bagi dunia. Marilah kita bertekun sehingga kasih Kristus dapat mengalir melalui kita — memberi makan yang lapar, menyembuhkan yang terluka, menghibur yang berduka, dan memberi harapan. Sama seperti Ekaristi adalah karunia Kristus sendiri, kehidupan kita sehari-hari dimaksudkan untuk menjadi hadiah dari diri sendiri kepada orang lain. Semoga Tuhan memberkati kita semua. (RD. Kristo D. Selamat)