Informasi Seputar Tahun Yubileum 2025

Sidang pastoral postnatal Keuskupan Labuan Bajo memasuki hari ketiga dengan semangat yang tak surut. Berlangsung di Aula Paroki Maria Bunda Segala Bangsa, Wae Sambi, kegiatan ini menghadirkan berbagai agenda penting yang semakin memperdalam pemahaman peserta terhadap perjalanan rohani Gereja, khususnya menjelang Tahun Yubileum 2025.

Pada pembukaan hari ketiga, RD. Lian Angkur menyampaikan materi bertema “Panduan Tahun Yubileum 2025 Keuskupan Labuan Bajo”. Materi ini menggugah antusiasme para peserta, memicu diskusi yang penuh makna tentang perjalanan spiritual umat Katolik dalam kerangka tradisi Yubileum.

Makna dan Tradisi Yubileum

RD Lian Angkur menjelaskan bahwa Yubileum berakar pada tradisi Yahudi, yang merujuk pada kata “Jobel”, yaitu tanduk domba yang digunakan untuk mengumumkan tahun jubelium setiap lima puluh tahun. Dalam tradisi ini, Yubileum menjadi momen pembebasan, penghapusan utang, serta pengembalian tanah sebagai simbol kasih Tuhan yang adil dan penuh belas kasih.

Gereja Katolik mengadopsi tradisi ini sejak Yubileum pertama pada tahun 1300 yang diprakarsai oleh Paus Bonifasius VIII. Pembukaan Tahun Yubileum secara resmi ditandai dengan ritus pembukaan Pintu Suci, yang melambangkan jalan iman menuju pengalaman kerahiman Allah.

Persiapan Menuju Tahun Yubileum 2025

Tahun Yubileum 2025 berlandaskan Bulla Kepausan Spes non confundit (Harapan Tidak Mengecewakan), yang diterbitkan pada 9 Mei 2024. Dokumen ini menekankan beberapa poin utama, antara lain:

  • Harapan sebagai inti perjalanan iman.
  • Panggilan untuk menumbuhkan harapan dalam kehidupan sehari-hari.
  • Simbolisme harapan dalam logo dan maskot Yubileum, yang mengangkat tema persatuan dan kemenangan.

Agenda dan Fokus Spiritualitas

Tahun Yubileum 2025 tidak hanya menyoroti perjalanan rohani melalui peziarahan, tetapi juga menekankan pentingnya Sakramen Rekonsiliasi. Gereja lokal di Keuskupan Labuan Bajo diundang untuk mempersiapkan imam dan umat dalam pengakuan dosa sebagai langkah awal perjalanan pertobatan sejati.

Kegiatan Yubileum akan dibagi menjadi dua tingkat, yaitu Gereja Universal dan Gereja partikular. Di tingkat lokal, diharapkan umat Katolik semakin mempererat solidaritas melalui gerakan rohani dan karitatif, sebagaimana diatur dalam Kitab Hukum Kanonik (KHK) Pasal 992 tentang indulgensi.

Peziarahan dan Perayaan Spiritual

Peziarahan menjadi bagian integral dari perayaan Yubileum. Umat diajak untuk merenungkan keindahan ciptaan dan mahakarya seni sebagai bentuk syukur kepada Tuhan. Peziarahan ini juga diiringi dengan ajakan untuk semakin mendekatkan diri kepada Tuhan melalui doa, refleksi, dan karya karitatif.

Pesan Harapan untuk Umat

Melalui materi yang disampaikan, RD. Lian Angkur menekankan pentingnya Tahun Yubileum sebagai momen kebangkitan rohani. “Tahun Yubileum adalah panggilan bagi kita semua untuk menghidupi iman dengan penuh harapan, persatuan, dan kasih yang nyata,” ujarnya.

Sidang pastoral ini tidak hanya menjadi momentum refleksi tetapi juga ruang untuk menyusun strategi menyambut Yubileum 2025 dengan sukacita iman yang mendalam. Dengan berakhirnya hari ketiga ini, peserta semakin terinspirasi untuk membawa semangat Yubileum ke dalam kehidupan sehari-hari.