Jumat Agung: Merenungkan Sengsara dan Wafat Tuhan

Bacaan I: Yes 52:13-53:12
Mzm Tanggapan: Mzm 31:2.6.12-13.15-16.17.25
Bacaan II: Ibr 4:14-16;5:7-9
Injil: Yoh 18:1-19:42

Renungan

Dalam kisah penyaliban Yesus disuguhkan adegan kedua penjahat yang turut disalibkan bersama Yesus. Terdapat dua sikap yang berbeda dari kedua penjahat itu dalam melihat peristiwa yang dialami Yesus. Penjahat yang pertama menghina Yesus dan menganggap Dia tidak mampu melakukan apa-apa di hadapan orang yang menyalibkan Dia. Dalam diri penjahat ini terlihat nyata gambaran manusia tentang Allah yang tidak boleh menderita. Penjahat ini kesulitan untuk menerima kenyataan bahwa Allah turut menderita bersama umat-Nya.

Sedangkan penjahat kedua mempunyai sikap yang lain dengan berkata “kita memang layak untuk dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan-perbuatan kita. Sikap penjahat yang kedua ini adalah suatu sikap pertobatan. Ia mengakui bahwa ia pantas dihukum, karena telah bersalah, dan pada saat akhir hidupnya ia masih sempat meminta pada Yesus, “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai raja.” Dan Yesus menjawabnya, “Hari ini juga engkau ada bersama-Ku di dalam Firdaus.”

Inilah suatu pernyataan jelas, tegas, suatu penghiburan mendalam, suatu janji Yesus dari atas salib dan janji-Nya dapat dipercaya. Bahwa, Anda dan saya-kita semua akan tetap bersama-Nya. Jika Anda dan saya berdosa, Anda dan saya tetap tinggal bersama-Nya. Dosamu dan dosa saya tidak menghalangi kerahiman Allah untuk tetap senantiasa menyertai Anda dan saya. Namun, kesadaran bahwa diri kita benar-benar berdosa, benar-benar bersalah, tidaklah cukup. Kita perlu membiarkan diri ditemukan oleh Allah dan disembuhkan oleh kasih-Nya melalui kepercayaan dan syukur. Inilah syarat pertobatan penjahat ini, yakni percaya bahwa Bapa menginginkan kita pulang pada-Nya. Tanpa kepercayaan ini, kita tak pernah ditemukan. Saya harus selalu mengatakan ini kepada diri saya sendiri, “Allah mencarimu. Dia mencintaimu. Dia ingin engkau pulang. Dia tak dapat tinggal diam tanpa engkau bersama-Nya. (RD. Ignasius Rudi Haryanto)