Bacaan Injil Luk 9:18 – 22
Pada suatu kali ketika Yesus berdoa seorang diri, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. Lalu Ia bertanya kepada mereka: “Kata orang banyak, siapakah Aku ini?”
Jawab mereka: “Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan, bahwa seorang dari nabi-nabi dahulu telah bangkit.”
Yesus bertanya kepada mereka: “Menurut kamu, siapakah Aku ini?” Jawab Petrus: “Mesias dari Allah.”
Lalu Yesus melarang mereka dengan keras, supaya mereka jangan memberitahukan hal itu kepada siapapun.
Dan Yesus berkata: “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.”
Renungan
Sejak Yesus memulai pelayanan-Nya di Galilea, Ia sering tampak sebagai Nabi Allah yang digerakkan oleh Roh Kudus, dihargai di mana-mana kecuali di tempat asalnya, berkuasa dalam perkataan dan perbuatan. Itulah yang dilihat dan diakui oleh orang banyak. Namun, derajat nabi, biarpun sebesar Musa, Elia, Elisa atau Yohanes, belum cukup untuk mengungkapkan siapakah Yesus itu.
Murid-murid Yesus mengenali-Nya sebagai Mesias dari Allah, sebagai Raja Penyelamat keturunan Daud yang berasal dari Allah. Pengakuan itu, biarpun tak salah, belum lengkap, dan tidak boleh disiarkan ke mana-mana selama belum dipahami dalam terang penderitaan, hukuman mati, dan kebangkitan. Dalam doa kepada Bapa, Yesus menyadari bahwa perutusan-Nya sebagai Nabi dan Mesias dari Allah, bukanlah hal meraih kemenangan dan kekuasaan seperti dunia ini, tetapi harus melewati pederitaan dan penolakan. Hanya melalui jalan penyerahan diri dalam kematian Ia akan memperoleh kemuliaan.
Dalam Injil hari ini juga Yesus meminta semua pengikut-Nya untuk mengambil bagian dalam jalan penderitaan-Nya, memanggul salibnya dari hari ke hari, rela melepaskan harta kekayaan, hubungan kekerabatan, kenyamanan, dan gengsi, demi perutusan membawa kabar baik kepada orang miskin dan pembebasan kepada yang tertindas. Lalu sebagai pengikut yang setia harus siap menghadapi perlawanan, penolakan, penghinaan, ancaman, hingga akhirnya kemungkinan menjadi martir. Sambil berjalan bersama Yesus, pengikut-pengikut-Nya yang hina di mata dunia, memperoleh hidup dan kemuliaan melampaui kematian. (Rm. Ignasius Haryanto, Pr)