Bacaan I Sir. 5:1-8;
Injil Mrk. 9:41-50
Bacaan Injil
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa memberi kamu minum secangkir air oleh karena kamu adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan upahnya.”
“Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut.
Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan; (di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.)
Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, dari pada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka; (di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.)
Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam.
Karena setiap orang akan digarami dengan api.
Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain.”
Renungan
Bacaan injil pada hari ini mengisahkan dan menyebutkan beberapa hal yang dapat menyesatkan hidup manusia. Hal-hal yang menyesatkan itu adalah sikap atau tingkah laku seseorang dan beberapa bagian tubuh lainnya seperti: tangan, kaki dan mata. Bagi Yesus, hal-hal yang menyesatkan ini harus disingkirkan dan dihilangkan agar tidak menimbulkan cacat celah dan noda dosa.
Selain itu, injil juga menyebutkan bahwa penyesatan dapat terjadi jika seseorang tidak mempunyai garam di dalam dirinya. Di mana kehadiran orang tersebut sama sekali tidak mengasinkan dan begitu hambar. Orang yang tidak memiliki garam dalam dirinya seringkali menciptakan konflik dan perpecahan dalam hidup bermasyarakat.
Sikap atau tingkah laku, tangan, kaki dan mata hendak menggambarkan keseluruhan dari diri manusia. Hal ini mau menegaskan bahwa segala sesuatu yang kita miliki dalam diri tidak boleh menyesatkan diri kita sendiri dan juga orang lain. Maka kita pun diajak untuk menanggalkan atau melepaskan semua hal yang dapat menyesatkan kita sebab hal-hal itu akan menggiring kita dan sesama dalam kubangan dosa. Hal-hal yang menyesatkan itu bisa saja keseluruhan diri kita (hati, pikiran, sikap atau tingkah laku) dan juga harta-benda duniawi (hp, uang, kekuasaan). Agar tidak menyesatkan maka perlu adanya kebijaksanaan dalam diri untuk mempergunakan hal-hal tersebut.
Garam merupakan salah satu penyedap rasa. Biasanya garam dicampurkan pada makanan agar makanan tersebut tidak hambar dan memiliki cita rasa yang mengenakan. Karena itu, kita pun diajak untuk menjadi seperti garam. Dengan menjadi garam, hidup kita tidak lagi hambar tetapi semakin berwarna dan bersemangat. Di samping itu juga, dengan menjadi garam, kita akan senantiasa menaburkan cita rasa yang mengenakan dan situasi yang tenteram dalam kehidupan sesama yang ada di sekitar kita. (RD. Leonardus Liberto Mere)