Kamis Prapaskah III

Bacaan I: Yer. 7:23-28
Antarbacaan: Mzm. 95:1-2,6-7.8-9
Injil: Luk. 11:14-23

Bacaan Injil

Pada suatu kali Yesus mengusir dari seorang suatu setan yang membisukan. Ketika setan itu keluar, orang bisu itu dapat berkata-kata. Maka heranlah orang banyak.
Tetapi ada di antara mereka yang berkata: “Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan.”
Ada pula yang meminta suatu tanda dari sorga kepada-Nya, untuk mencobai Dia.
Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata: “Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh.
Jikalau Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? Sebab kamu berkata, bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul.
Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakimmu.
Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.
Apabila seorang yang kuat dan yang lengkap bersenjata menjaga rumahnya sendiri, maka amanlah segala miliknya.
Tetapi jika seorang yang lebih kuat dari padanya menyerang dan mengalahkannya, maka orang itu akan merampas perlengkapan senjata, yang diandalkannya, dan akan membagi-bagikan rampasannya.
Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan.”

Renungan

Bacaan injil pada hari ini mengisahkan tentang Yesus dan kuasa beelzebul. Dalam injil dikisahkan bahwa Yesus mengusir kuasa setan yang merasuki tubuh seseorang sehingga orang yang dirasuki kuasa setan itu menjadi bisu. Ketika Yesus telah berhasil membebaskan orang itu dari kuasa setan, muncul beragam tanggapan dan reaksi di antara orang-orang yang menyaksikannya. Reaksi pertama yang muncul adalah orang banyak merasa heran. Rasa heran merupakan suatu rekasi yang suam-suam kuku, antara percaya dan tidak percaya, antara takjub dan ragu-ragu. Semuanya dibangkai dalam rasa keheranan.

Kemudian muncul reaksi yang kedua. Reaksi tersebut lebih radikal dan cenderung tendensius. Di mana orang-orang mempertanyakan kuasa Yesus dan menuduh Yesus mengusir setan dengan kuasa beelzebul, sang penghulu setan. Bahkan orang-orang tersebut meminta suatu tanda dari sorga hanya untuk mencobai Yesus. Namun Yesus mengetahui segala pikiran mereka. Menanggapi rekasi dan tuduhan tersebut, Yesus membeberkan suatu jawaban dan penjelasan yang begitu logis. Bahwa tidak mungkin iblis mengusir dirinya sendiri, karena itu akan membuat kerajaan meraka terpecah belah. Dengan demikian, kuasa yang dimiliki Yesus adalah kuasa yang dari Allah. Sebab kuasa Allah dan kuasa iblis selalu bertolak belakang dan berkontradiksi. Kuasa Allah berada dalam kebenaran dan kuasa iblis penuh dengan kejahatan. Kuasa Allah yang benar selalu melawan kuasa Iblis yang jahat. Bertolak dari logika sederhana ini, di akhir bacaan injil Yesus memberikan pilihan kepada semua orang. Mengikuti kuasa Allah bersama Yesus ataukah melawan kuasa Allah bersama si iblis?

Apa pesan injil tersebut untuk kita semua?

Pertama, setiap tindakan atau pemikiran baik yang kita tuangkan kerap kali mendapat perlawanan dan pertentangan dari orang lain. Berhadapan dengan hal ini, Yesus mengajarkan bahwa kita tidak boleh berputus asa dan berpasrah diri. Perlawanan dan pertentangan yang menghampiri kita merupakan cemeci bagi kita untuk terus berpacu dalam menuangkan tindakan dan pemikiran baik kita. Maka hal yang perlu kita lakukan adalah terus berkarya dengan tindakan dan pemikiran baik tersebut.

Kedua, dari Yesus kita belajar bahwa setiap tindakan dan pemikiran yang kita tuangkan mesti bisa dijelaskan secara logis dan masuk akal. Hal ini dibuat agar setiap orang bisa memahami dan menjalankan tindakan atau pemikiran kita. Intinya bahwa tindakan dan pemikiran kita tidak bertentangan dengan kebaikan dan ajaran Tuhan.

Ketiga, ada beragam probelamtika iman yang terjadi di dalam hidup kita, mengikuti ajaran Yesus atau mengikuti ajaran iblis? Berjalan bersama Yesus atau bergerak bersama iblis? Berada di pihak Yesus atau iblis? Berbuat baik atau melakukan kejahatan? Berhadapan dengan probelamtika iman ini, Yesus mengajak kita semua untuk memiliki sikap iman yang tegas dan pasti, bukan berimanyang penuh keraguan atau suam-suam kuku. Harapan mendalam dari sikap iman yang tegas dan pasti itu adalah hidup sesuai dengan panggilan Tuhan. (RD. Leonardus Liberto Mere)