Bacaan Injil Luk 18:1-8
Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu.
Kata-Nya: “Dalam sebuah kota ada seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun.
Dan di kota itu ada seorang janda yang selalu datang kepada hakim itu dan berkata: Belalah hakku terhadap lawanku.
Beberapa waktu lamanya hakim itu menolak. Tetapi kemudian ia berkata dalam hatinya: Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun,
namun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang aku.”
Kata Tuhan: “Camkanlah apa yang dikatakan hakim yang lalim itu!
Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?
Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?”
Renungan
Sahabat-sahabatku terkasih, hari ini bacaan-bacaan suci mengajak kita untuk merenungkan tentang ketekunan dalam iman dan doa. Kita diajak untuk terus berpegang teguh pada Tuhan bahkan saat perjalanan hidup kita terasa melelahkan, jawaban dari doa-doa kita tampak tertunda, dan pergumulan kita terasa berat.
Bacaan pertama yang diambil dari kitab Keluaran menyajikan kepada kita kisah pertempuran antara orang Israel dan orang Amalek. Bangsa Israel baru saja lolos dari perbudakan di Mesir. Saat mereka melakukan perjalanan melalui padang gurun menuju tanah yang dijanjikan, mereka menghadapi banyak tantangan dan kini mereka menghadapi musuh baru, orang Amalek. Pertempuran ini merupakan salah satu pertempuran nyata pertama bagi bangsa Israel sebagai bangsa baru.
Bacaan pertama ini mengajarkan kita tiga hal. Pertama, kehidupan spiritual bukanlah perjalanan yang kita lakukan seorang diri. Itu adalah perjalanan bersama dengan yang lain. Musa tidak dapat mengangkat tangannya sendirian. Dia butuh bantuan. itu menunjukkan bahwa kita semua membutuhkan orang lain untuk mendukung kita, terutama dalam perjuangan hidup yang melelahkan untuk terus mengangkat tangan kita kepada Tuhan. Kedua, keberhasilan pertempuran ditentukan oleh ketergantungan yang terus-menerus kepada Tuhan. Naik turunnya tangan Musa menunjukkan bahwa saat kita tetap terhubung dengan Tuhan dalam doa dan kita akan mengalami kemenangan. Saat kita melepaskannya, kita menjadi lemah. Ketiga, kisah ini mengingatkan kita bahwa iman sering kali membutuhkan ketekunan. Ketekunan dalam bacaan itu ditandai dengan kemenangan yang diperoleh saat matahari terbenam. Itu tidak terjadi secara instan.
Dari bacaan pertama ini, Kita perlu bertanya pada diri sendiri, dalam perjuangan apa saya membutuhkan seseorang untuk membantu menopang saya. Bersediakah saya membantu orang lain mengangkat tangan mereka kepada Tuhan? Dan apakah saya bersandar pada Tuhan setiap saat, bukannya percaya pada kekuatan saya sendiri?
Dalam bacaan kedua yang diambil dari surat kedua Santo Paulus kepada Timotius, Santo Paulus menulis kepada murid mudanya Timotius dan memberinya nasihat kebapakan untuk pelayanan. Paulus mendekati akhir hidupnya dan ingin mengingatkan Timotius untuk tetap setia pada apa yang telah dipelajarinya. Ia memberi tahu Timotius untuk terus melanjutkan apa yang telah dipelajarinya dan diyakininya dengan teguh karena ia telah mengenal Kitab Suci sejak kecil. Tulisan-tulisan suci ini, kata Paulus, dapat menuntun seseorang kepada keselamatan melalui iman kepada Kristus Yesus. Paulus kemudian menjelaskan bahwa seluruh tulisan suci diilhami oleh Tuhan. Ini berarti Alkitab bukan hanya milik manusia. Ia membawa nafas Tuhan. Kitab Suci mengajarkan kita apa yang benar, menunjukkan di mana kita salah, mengoreksi kita, dan melatih kita untuk hidup secara benar. Tujuannya adalah untuk mempersiapkan kita melakukan perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari. Paulus kemudian memberikan perintah serius kepada Timotius untuk memberitakan firman, agar siap sedia pada segala waktu, baik atau tidak baik waktunya, dan untuk mengoreksi, mendorong, serta mengajar dengan sabar. Paulus tahu bahwa orang tidak selalu ingin mendengar kebenaran. Mereka hanya akan mencari pesan yang membuat mereka merasa nyaman. Namun Timotius harus tetap setia, membicarakan kebenaran Tuhan dengan keberanian dan kasih.
Bacaan ini mengingatkan kita bahwa iman tumbuh melalui pembelajaran terus-menerus dan menjalankan firman Tuhan dengan setia di tengah dunia yang penuh kebisingan ini. Pesan Paulus jelas. Tetaplah berakar pada kitab suci. Itu adalah kompas kita dalam hidup. Seperti Timotius, kita dipanggil untuk membagikan firman Tuhan. Bukan hanya lewat kata-kata saja, tetapi juga lewat tindakan dan teladan. Sekalipun sulit atau terkesan tidak populer, kita harus berdiri teguh dalam kebenaran, percaya bahwa firman Tuhan masih memiliki kuasa untuk mengubah hati orang-orang saat ini.
Dalam bacaan Injil, Yesus menceritakan kepada para pengikutnya sebuah perumpamaan tentang seorang janda yang terus-menerus meminta keadilan kepada hakim yang tidak adil. Dia tidak punya uang, tidak punya kekuasaan, dan hakim tidak peduli dengan Tuhan atau manusia. Namun, sang janda menolak untuk menyerah karena dia begitu gigih. Hakim akhirnya memberinya keadilan agar dia berhenti mengganggunya. Yesus kemudian berkata, “Jika seorang hakim yang tidak adil pun dapat menanggapi kegigihan, betapa lebih lagi Allah, yang penuh kasih dan adil, akan mendengarkan umat-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya ?” Pada zaman Yesus, para janda termasuk orang-orang yang paling tidak berdaya di masyarakat. Mereka tidak memiliki siapa pun yang melindungi mereka dan diabaikan oleh sistem hukum. Dengan memilih seorang janda sebagai pahlawan, Yesus mengajarkan bahwa bahkan mereka yang tampaknya tidak berdaya di dunia memiliki kuasa di hadapan Tuhan melalui iman dan doa. Hakim yang tidak adil melambangkan dunia yang sering mengabaikan kebenaran dan kasih sayang, sementara janda menunjukkan kekuatan iman yang menolak menyerah. Perumpamaan ini bukan tentang mengganggu Tuhan, tetapi tentang memercayai-Nya bahkan saat Dia tampak diam. Yesus memahami bahwa sulit untuk menyelaraskan iman kita dengan kenyataan pahit di sekitar kita. Kita berdoa memohon keadilan, namun ketidakadilan terus berlanjut. Kita berdoa memohon kesembuhan, namun penderitaan tetap ada. Injil memanggil semua orang untuk percaya kepada Tuhan dan terus berdoa. Tetapi sering kali jawabannya tertunda atau berbeda dari yang diharapkan. Sulit untuk menyelaraskan kenyataan menyakitkan ini dengan janji kasih dan keadilan Tuhan. Kita bertanya di manakah Tuhan ketika orang baik menderita dan orang jahat semakin berkembang. Yesus mengakhiri perumpamaan itu dengan sebuah pertanyaan. Ketika anak manusia datang, akankah dia menemukan iman di bumi? Itulah tantangan sesungguhnya. Iman tidak terbukti ketika doa cepat terjawab. Iman itu terbukti dari kesetiaan kita untuk terus berdoa, percaya, dan bekerja untuk kebaikan bahkan ketika tampaknya tidak ada yang berubah. Berdoa berarti membawa hati kepada Tuhan, memercayai-Nya bahkan saat hidup terasa hancur. Berdoa berarti tetap terhubung dengan Tuhan, bertahan bahkan saat penantiannya panjang. Maka marilah kita menjadi orang-orang yang saling menguatkan dalam doa, yang berakar dalam firman Tuhan, dan yang tidak pernah patah semangat. Sekalipun jawaban Tuhan tampaknya terlambat, kasih-Nya tidak pernah meninggalkan kita. Biarkan dia mendapati kita setia saat dia datang. Semoga Tuhan memberkati kita semua.