Rekoleksi Pembukaan Sidang Pastoral Keuskupan Labuan Bajo

Sidang Pastoral Post Natal Keuskupan Labuan Bajo resmi dimulai, menandai langkah penting dalam perjalanan Gereja lokal ini. Salah satu agenda utama dalam sidang ini adalah rekoleksi bersama yang dipimpin oleh Rd. Dr. Fransiskus Sawan. Acara ini berlangsung di Aula Paroki Maria Bunda Segala Bangsa, Wae Kesambi, dengan tema besar “Menjadi Gereja yang Hidup dalam Persekutuan, Partisipasi, dan Perutusan.” Rekoleksi ini tidak hanya menjadi momen refleksi spiritual bagi para peserta, tetapi juga menorehkan sejarah sebagai pertemuan pastoral pertama Keuskupan Labuan Bajo. Lebih dari itu, kegiatan ini bertepatan dengan perayaan Tahun Yubileum 2025, sebuah momentum penuh makna untuk memperdalam iman dan memperkuat komitmen Gereja sebagai tubuh Kristus.

Dalam refleksinya, Rd. Dr. Fransiskus Sawan menekankan pentingnya memahami Gereja sebagai tubuh Kristus yang hidup dan dinamis. Ia menguraikan bahwa Gereja adalah persekutuan yang menyatukan keberagaman melalui kasih dan karya Roh Kudus. “Sebagaimana tubuh manusia bergerak dalam harmoni, demikian pula Gereja bergerak melalui kerja sama semua anggotanya dengan Kristus sebagai kepala,” ungkapnya.

Sidang Pastoral 2025 di Aula Paroki Wae Sambi 13 – 16 Januari 2025

Pada subtema persekutuan, peserta diajak memahami analogi tubuh Kristus yang menggambarkan Gereja sebagai komunitas hidup yang disatukan oleh Roh Kudus. Rd. Dr. Fransiskus Sawan menyoroti tantangan yang dihadapi dalam membangun semangat persekutuan, seperti polarisasi kelompok, individualisme, dan relasi yang dangkal. Ia menegaskan bahwa sinodalitas menjadi jalan bagi Gereja untuk merangkul keberagaman dalam harmoni dan kasih.

Bagian kedua rekoleksi membahas pentingnya partisipasi aktif setiap anggota Gereja. “Setiap umat memiliki peran penting yang saling melengkapi,” jelas Rd. Fransiskus Sawan. Tantangan seperti rendahnya keterlibatan umat awam dan kecenderungan klerikalisme menjadi perhatian utama. Ia mengingatkan bahwa partisipasi sejati lahir dari kesetaraan martabat dan solidaritas antarumat.

Dalam bagian terakhir, Rd. Dr. Fransiskus Sawan menegaskan tentang panggilan Gereja untuk menjadi misioner. Dengan kasih sebagai landasan, seluruh anggota Gereja dipanggil melayani sesuai karisma masing-masing. Rd. Fransiskus Sawan menekankan bahwa misi Gereja adalah kolaborasi seluruh umat, dari pemimpin hingga anggota yang paling sederhana. “Perutusan Gereja tidak hanya tanggung jawab segelintir orang, tetapi tugas kita bersama untuk menghadirkan kasih Allah bagi dunia,” tegasnya. 

Rekoleksi ini sekaligus menjadi undangan bagi umat untuk memperdalam iman melalui rekonsiliasi, pertobatan, dan karya belas kasih, terutama bagi mereka yang terpinggirkan. Dalam semangat Tahun Yubileum 2025, umat diajak menjadi “peziarah harapan” yang membawa kabar sukacita dan menghadirkan kasih Allah di tengah dunia. Di lain sisi, sidang pastoral ini diharapkan menjadi landasan kokoh bagi Keuskupan Labuan Bajo untuk membangun Gereja yang hidup, dinamis, dan berdaya guna. Dengan komitmen bersama, Gereja lokal ini bercita-cita menjadi tanda nyata kasih Allah yang menyelamatkan di tengah masyarakat.