Sabtu, 15 Februari 2025, Hari Biasa, Pekan Biasa V

Bacaan I : Kej. 3:9-24.
Bacaan Injil: Mrk. 8:1-10.

Bacaan Injil

Sekali peristiwa sejumlah besar orang mengikuti Yesus. Karena mereka tidak mempunyai makanan, Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata, “Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Jika mereka Kusuruh pulang ke rumahnya dengan lapar, mereka akan rebah di jalan, sebab ada yang datang dari jauh.” Murid-murid-Nya menjawab, “Bagaimana di tempat yang sunyi ini orang dapat memberi mereka roti sampai kenyang?” Yesus bertanya kepada mereka, “Berapa roti yang ada padamu?” Jawab mereka, “Tujuh.”
Lalu Yesus menyuruh orang banyak itu duduk di tanah. Sesudah itu Yesus mengambil ketujuh roti itu, mengucap syukur, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya untuk dibagi-bagikan. Dan mereka memberikannya kepada orang banyak. Mereka mempunyai juga beberapa ikan. Sesudah mengucap berkat atasnya, Yesus menyuruh supaya ikan itu juga dibagi-bagikan. Dan mereka makan sampai kenyang. Kemudian orang potongan-potongan mengumpulkan roti yang sisa, sebanyak tujuh bakul. Mereka itu ada kira-kira empat ribu orang. Lalu Yesus menyuruh mereka pulang. Akhirnya Yesus segera naik ke perahu dengan murid-murid-Nya dan bertolak ke daerah Dalmanuta.

Renungan

Mukjizat pergandaan roti membuktikan bahwa Yesus selalu memenuhi kebutuhan hidup umat-Nya. Yesus selalu ada di saat semangat kita mulai melemah, harapan mulai pupus, cinta kita mulai berkurang. Mukjizat pergandaan roti hendak menegaskan bahwa kasih Yesus selalu terulur bagi para pengikut-Nya yang setia dan selalu ada bersama dengan Dia.

Hati Yesus tergerak oleh belas kasihan untuk mengenyangkan orang-orang yang setia mengikuti-Nya. Dengan energi yang bersumber dari makanan jasmani, para pengikut Yesus tentu akan kuat secara fisik untuk mengikuti Dia dan dapat menyebarluaskan pengajaran yang telah mereka terima dari Yesus. Selain kenyang secara jasmani, secara rohani mereka juga bahagia dengan pengajaran Yesus.

Beberapa inspirasi iman yang kita timba melalui melalui mukjizat pergandaan roti Yesus antara lain, pertama, memiliki hati untuk saling berbagi dalam kekurangan dan kelebihan. Secara kasat mata, jumlah makanan yang tersedia (yakni tujuh buah roti dan beberapa ekor ikan) sangat tidak mencukupi bagi semua pengikut Yesus. Selain itu, Yesus dan orang-orang yang setia mengikuti-Nya juga sudah ada bersama selama tiga hari. Suatu kemustahilan bahwa selama waktu demikian tubuh ragawi tidak memerlukan asupan makanan untuk memulihkan tenaga.

Akan tetapi, hati yang penuh belas kasih menggerakan Yesus untuk tetap berbagi meski jumlah makanan yang tersedia sangat terbatas. Tuhan mempergandanya dengan cinta, agar dalam keadaan yang terbatas demikian, cinta tidak menjadi terbatas dan kemudian memenuhi kebutuhan manusia. Dengan demikian Yesus mengajak kita untuk bisa mencukupkan diri dalam segala keadaan serta tidak miskin hati dalam berbagi.

Makanan memang sangatlah penting bagi tubuh, tetapi lebih penting adalah memiliki hati yang penuh cinta, kerelaan untuk saling berbagi. Kita tidak bisa memenuhi semua kebutuhan sesama, namun hati akan berbicara penuh pengertian. Berbagi dalam kekurangan pasti akan berbuah berkat.

Kedua, bersyukur atas kasih dan kebaikan Tuhan. Bersyukur adalah ungkapan hati kaum iman dan berpengharapan. Orang yang tahu bersyukur akan selalu mengatakan terima kasih kepada pemberi rezeki. Dengan bersyukur pula, kita dipanggil untuk memberi dengan hati yang ikhlas. Bersyukur tidak harus menunggu suatu keberhasilan dan kesuksesan besar, pemberian hati kepada sesama yang membutuhkan adalah bentuk pewartaan kita atas kasih dan kebaikan Tuhan yang selalu melimpah bagi kita. Dengan bersyukur, pasti Tuhan akan memperganda rezeki kita sebagaimana Ia memperganda roti dengan cinta dan hati-Nya.

Ketiga, corak khas Gereja adalah berkumpul bersama. Dengan berkumpul bersama, Gereja selalu ada dengan para anggotanya, dalam suka dan duka, kekurangan dan kelebihan, kesulitan dan kemudahan. Communio Gereja bertujuan memperkuat ikatan iman, pengharapan dan cinta kasih yang ditimba kaum beriman dari kekuatan Ekaristi, membaca, mendengar dan merenungkan Sabda agar menjadi Gereja yang hidup dalam perutusannya ke tengah dunia.

Pergandaan roti juga mengajak dan mengikat para pengikut Yesus untuk selalu hidup bersatu. Dengan tinggal di dalam Yesus, kita diharapkan dapat berbuah dalam hidup dengan menjadi pelayan-pelayan kasih Allah, perpanjangan tanganNya, memperganda cinta kepada sesama yang membutuhkan, terutama orang-orang kecil dan menderita.

Pada tahun 2025 ini, Tahta Suci mencanangkan Tahun Yubileum dengan tema “Peziarah Pengharapan”. Kita adalah para peziarah iman yang selalu mengharapkan belas kasih Allah. Perziarahan Gereja adalah perjalanan iman mencari dan menghidupi berkat Allah. Maka, sebagai peziarah pengharapan kita dipanggil untuk saling melengkapi dalam kekurangan dan kesulitan, memiliki hati yang terbuka serta erat bersatu dengan Kristus.

Senada dengan itu, Gereja lokal Keuskupan Labuan Bajo juga secara khusus mencanangkan Tahun Pastoral Tata Kelola Partisipatif sepanjangan pengembaraan tahun 2025. Marilah di tahun Tata Kelola Partisipatif ini, kita belajar dari keikutsertaan para pengikut Yesus yang selalu setia berziarah bersama Yesus. Kita juga belajar dari keintiman Yesus dengan Allah, yang menyerahkan seluruh hidup-Nya kepada Allah. Partisipasi kita adalah ungkapan syukur adalah berkat dan kasih Allah. Communio Gereja adalah erat bersatu sebagai anggota dengan Kristus sebagai kepala-Nya. (RD. Yosefan Arwandi Dadus)