Bacaan I : Sir. 17:1-4.6-8.10-15.
Bacaan Injil : Mrk. 10:13-16.
Bacaan Injil
Sekali peristiwa orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus supaya Ia menjamah mereka. Tetapi, murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu. Melihat itu, Yesus marah dan berkata kepada mereka, “Biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku! Jangan menghalang-halangi mereka! Sebab orang-orang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah. Aku berkata kepadamu: Sungguh, barang siapa tidak menerima Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya. Kemudian Yesus memeluk anak-anak itu, meletakkan tangan ke atas mereka dan memberkati mereka.
Renungan
Saudara-saudari seiman yang terkasih dalam Tuhan. Manusia adalah karya ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Selain diberikan kuasa atas segala sesuatu di atas muka bumi, Tuhan melengkapi manusia dengan pengetahuan yang arif agar manusia dapat bertutur dengan benar dan bertindak secara bijak. Dalam bacaan pertama, Tuhan membentuk lidah, mata, telinga dan hati agar manusia dapat menjadi cerminan Allah bagi segala sesuatu yang telah diciptakan-Nya. Lidah, mata dan telinga adalah penginderaan bagi manusia agar mampu mengecap, melihat dan mendengar kebaikan Allah dalam seluruh karya keselamatan bagi dunia. Melalui hatinya, manusia dibekali dengan daya spiritual, agar dengan nuraninya itu manusia mampu merasakan kasih Allah yang tidak tercapai melalui penginderaan manusiawi. Dengan demikian pula, Tuhan memberikan tugas kepada kita sebagai lidah, mata dan telinga-Nya bagi dunia, menyatakan kebaikan Allah bagi manusia. Dengan hati, kita dipanggil untuk turut merasakan kesusahan sesama. Hal itu berarti, Tuhan mempercayakan kepada kita segala yang telah Ia mulai agar berbuah berkat dalam kelimpahan cinta kasih. Panggilan ini adalah anugerah yang terus menerus kita usahakan sepanjang hayat agar Kerajaan Allah menjadi tampak dalam dunia.
Saudara-saudari seiman yang terkasih. Dalam bacaan Injil, panggilan itu juga tercurah kepada anak-anak. Anak-anak identik dengan pribadi yang jujur, ceria dan selalu bergantung kepada orang dewasa. Dengan demikian, Yesus ingin menunjukkan bahwa kejujuran, keceriaan dan berpasrah kepada kehendak Allah adalah model pewartaan kita yang menggembirakan sesama. Dengan lidah, mata dan telinga kita diajak menjadi pewarta yang jujur. Seperti hati Yesus yang selalu tergerak penuh belas kasih, hendaknya juga hati kita terpanggil untuk selalu mengasihi sesama dan turut merasakan kesusahan, kesulitan yang dialami oleh sesama. Dan semuanya itu memerlukan sikap kerendahan hati, penyerahan diri secara total kepada kuasa dan kehendak Allah.
Para murid tampak risik terhadap anak-anak yang dibawa kepada Yesus karena mereka hanya melihat dari satu sisi, yakni hanya merekalah yang dipilih oleh Yesus. Ada kecenderungan bahwa mereka cukup popular di kalangan para pengikut Yesus. Namun, Yesus melihat bahwa hal ini nampak seperti kekanak-kanakan, hanya menyoalkan popularitas dan nama besar sebagai pengikut Tuhan.
Menjadi murid Tuhan, sejatinya memerlukan hati yang jujur seperti anak-anak, keceriaan dalam mewartakan Kerajaan Allah dalam segala situasi dan kondisi serta kebergantungan pada kehendak Allah. Tuhan telah membentuk kita dengan indera manusiawi untuk melihat realitas hidup dan melengkapi dengan indera batiniah agar mampu merasakan dan menghadirkan kasih Allah bagi sesama.
Pata tahun pastoral Tata Kelola Partisipatif ini, Keuskupan Labaun Bajo telah menggaungkan keuskupan ramah anak. Oleh karena itu, semoga semua pihak selalu terpanggil untuk memperhatikan anak-anak, menjadi pembimbing dan pendidik bagi anak-anak, belajar dari kejujuran, kecerian dan kebergantungan anak-anak menjadi lidah, mata, telinga dan hati bagi sesama. Amin. (RD. Yosefan Arwandi Dadus)