SURAT GEMBALA PRAPASKAH/PASKAH 2025 USKUP LABUAN BAJO: “PERTOBATAN EKOLOGIS, MERAWAT CIPTAAN, MENGHADIRKAN HARAPAN”

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,

Gereja, dalam perjalanan Prapaskah, menjelang Pesta Paskah 2025, mengajak kita merenungkan panggilan untuk “pertobatan ekologis”. Gagasan ini sudah menjadi bagian utama perjalanan Gereja se-jagat selama satu dekade terakhir. Ensiklik Laudato Si’ (2015) dari Paus Fransiskus menjadi titik berangkat bersama dari perjalanan pertobatan ekologis ini. Dalam nada yang sama, sepuluh tahun kemudian (2025), Federation of Asian Bishops’ Conferences (FABC, Federasi Konferensi-Konferensi Waligereja Asia) melontarkan kembali itikad yang sama. Dalam keheningan perjalanan Puasa dan suka cita menyambut terang Paskah, kita dipanggil untuk mengisi pertobatan ekologis ini dengan “merawat ciptaan” sekaligus “menghadirkan harapan” di tengah ancaman krisis ekologis dan kehidupan yang semakin nyata. Karena itu, dalam semangat persaudaraan kristiani, saya ingin menyampaikan beberapa pokok berikut ini.

  1. Ekologi: Anugerah yang Harus Dijaga

Allah menciptakan dunia dalam kebaikan dan mempercayakannya kepada manusia (Kejadian 1:31). Keindahan alam Flores dan Labuan Bajo bukanlah hasil usaha manusia, melainkan berkah istimewa dari Tuhan. Namun, kerakusan dan ketiadaan solidaritas sosial dapat mengubah berkah ini menjadi bencana ekologi dan sosial. Seperti dikatakan oleh Paus Fransiskus dalam Laudato Si’ (LS 95): “Lingkungan adalah anugerah kolektif yang harus kita jaga bersama.” Oleh karena itu, tidak ada pilihan lain, semua pihak harus memperlihatkan tanggung jawab merawat dan menjaga keseimbangan ekologis demi generasi mendatang sebagai bagian dari budaya dan etika kehidupan yang lahir dari semangat Prapaskah dan Paskah 2025.

  1. Sikap Terhadap Eksploitasi Energi 

Dalam semangat Surat Pastoral FABC (2025), Para Uskup Provinsi Gerejawi Ende beberapa waktu lalu telah menegaskan penolakan terhadap eksploitasi energi geothermal di Pulau Flores. Geothermal memang disebut sebagai energi terbarukan, tetapi untuk konteks Flores, eksplorasi ini justru mengancam keseimbangan ekologis dan ruang sosial-budaya masyarakat. Wilayah kita kecil dan rapuh secara ekologis. Jika eksploitasi sumber daya dilakukan tanpa batas, maka akan timbul kerusakan lingkungan, hilangnya sumber pangan, dan terkikisnya harmoni sosial. Oleh karena itu, kami menegaskan kembali sikap Gereja untuk menolak eksploitasi geothermal dan mendorong pemerintah untuk mencari alternatif energi yang lebih ramah lingkungan, seperti tenaga surya.

  1. Pariwisata Berkelanjutan: Ekonomi dan Ekologi Sejalan

Labuan Bajo telah ditetapkan sebagai kawasan pariwisata unggulan. Namun, industri pariwisata ini hanya dapat berkembang jika didukung oleh ekosistem yang sehat dan berkelanjutan. Jika pembangunan tidak memperhitungkan keseimbangan ekologis, maka sektor pariwisata justru akan menghadapi ancaman serius. Pariwisata yang mengabaikan kelestarian alam akan membawa bencana, baik dalam bentuk kerusakan lingkungan, meluasnya ketidakadilan ekonomi, maupun konflik sosial. Dalam konteks pariwisata, orientasi profitisasi ekonomis semata, tanpa memerkuat basis keberlanjutan ekologis, hanya akan mempersiapkan bahaya bagi generasi masa depan.  

  1. Pertobatan Ekologis: Keterlibatan Semua Pihak 

Pertobatan ekologis bukan sekadar konsep rohani semata, tetapi panggilan nyata bagi setiap umat beriman. Paus Fransiskus dalam Laudate Deum (2023) menegaskan bahwa pertobatan ekologis menuntut perubahan gaya hidup, solidaritas sosial, dan keterlibatan dalam aksi nyata. Gereja sinodal mesti mewujud dalam terbangunnya kesadaran bersama dalam menggagas dan membumikan pertobatan ekologis. 

 

  1. Seruan dan Ajakan

Oleh karena itu, dalam semangat pertobatan ekologis, di bawah keheningan Prapaskah dan janji cahaya Paskah 2025, saya mengajak dan menyerukan dalam semangat persaudaraan kristiani: 

  1. Menolak beban eksploitasi sumber daya yang tidak seimbang bagi wilayah kecil seperti Flores, yang justru mengancam masa depan generasi kita.
  2. Menolak eksploitasi energi dan sumber daya alam tanpa batas, termasuk rencana eksplorasi dan eksploitasi Geothermal, karena dampaknya dapat merusak keseimbangan ekologis di daerah yang kecil ini dan sekaligus berdampak pada suasana sosial budaya.
  3. Mendukung secara penuh usaha dan langkah pemerintah daerah dalam memperjuangkan keadilan ekonomi bagi masyarakat lokal dari keuntungan industri pariwisata.
  4. Mengajak semua pihak untuk menjaga lingkungan hidup dengan tindakan konkret seperti mengurangi sampah, menanam pohon, menjaga sumber air, dan aksi-aksi ekologis lainnya.
  5. Mengedukasi generasi muda agar memiliki kesadaran ekologis yang tinggi.

 

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus, 

Sebagaimana dikatakan Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma (Rm. 8:19), “Seluruh makhluk menantikan dengan rindu saat anak-anak Allah dinyatakan”, alam menanti keterlibatan kita untuk menjaga keseimbangannya. Semoga masa Prapaskah dan Paskah ini menjadi waktu refleksi yang membawa kita pada pertobatan ekologis yang sejati. Kebangkitan Kristus menjadi sumber harapan bagi pertobatan ekologis itu. Pada Tahun Yubileum Harapan ini, pesan Paskah terasa dengan kekuatan yang lebih besar. Sebab harapan itu adalah sebuah keyakinan yang teguh yang berakar pada kemenangan Kristus. Mari kita merawat ciptaan dan menghadirkan harapan baru bagi dunia. 

Dalam semangat sinodal, saya mengucapkan: Selamat Merayakan Pesta Paskah 2025.

Labuan Bajo, 04 April 2025

Saudaramu dalam Kasih Kristus Yang Bangkit,

 

Mgr. Maksimus Regus

Uskup Labuan Bajo