Bacaan I Kej. 6:5-8,7:1-5,10;
Injil Mrk. 8:14-21
Bacaan Injil
Kemudian ternyata murid-murid Yesus lupa membawa roti, hanya sebuah saja yang ada pada mereka dalam perahu.
Lalu Yesus memperingatkan mereka, kata-Nya: “Berjaga-jagalah dan awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes.”
Maka mereka berpikir-pikir dan seorang berkata kepada yang lain: “Itu dikatakan-Nya karena kita tidak mempunyai roti.”
Dan ketika Yesus mengetahui apa yang mereka perbincangkan, Ia berkata: “Mengapa kamu memperbincangkan soal tidak ada roti? Belum jugakah kamu faham dan mengerti? Telah degilkah hatimu?
Kamu mempunyai mata, tidakkah kamu melihat dan kamu mempunyai telinga, tidakkah kamu mendengar? Tidakkah kamu ingat lagi, pada waktu Aku memecah-mecahkan lima roti untuk lima ribu orang itu, berapa bakul penuh potongan-potongan roti kamu kumpulkan?” Jawab mereka: “Dua belas bakul.”
“Dan pada waktu tujuh roti untuk empat ribu orang itu, berapa bakul penuh potongan-potongan roti kamu kumpulkan?” Jawab mereka: “Tujuh bakul.”
Lalu kata-Nya kepada mereka: “Masihkah kamu belum mengerti?”
Renungan
Yesus dalam bacaan Injil hari ini mengingatkan para murid-Nya untuk berhati-hati terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes. Namun, para murid ternyata tidak langsung memahami apa yang dikatakan Yesus itu. Mereka hanya memikirkan tetang roti yang adalah makanan sebab mereka lupa membawa roti. Hanya sebuah saja yang ada pada mereka dalam perahu. Yesus akhirnya menegur para murid karena kurangnya iman akan Tuhan padahal mereka telah menyaksikan begitu banyak mukjizat dalam seluruh ziarah mereka bersama Tuhan, salah satunya penggandaan roti.
Tentang ragi, dalam hukum dan upacara agama Yahudi, roti beragi dilarang dengan alasan: Pertama, supaya umat tetap mengenang Paskah pertama di Mesir. Saat mereka tidak ada waktu untuk memanggang roti beragi. Kedua, peragian mengandaikan proses penghancuran dan pembusukan. Bagi orang Israel, keadaan membusuk menimbulkan kenajisan. Ragi sering diartikan sebagai lambang kejahatan dan kebusukan manusia.
Dalam Perjanjian Baru, ragi dipakai antara lain dalam arti kiasan dengan tetap menekankan pendapat lama, yaitu kebusukan yang bersifat membusukkan. Yesus mengingatkan para murid supaya berhati-hati dengan pemahaman yang berlebihan akan hal-hal lahiriah dan skeptisisme kaum Saduki juga kebencian dan tipu daya politik Herodes.
Seperti ragi, sifat-sifat ini busuk dan bisa membusukkan orang, juga membusukkan keadaan. Karena itu marilah di Tahun Tata Kelola Partisipatif 2025 ini, kita jadikan hidup kita sebagai sarana kasih Allah, agar orang lain lebih mengenal dan mencintai Allah. Bukan malah sebaliknya kehadiran kita membusukkan keadaan yang menarik orang kepada kebusukan dosa. Tuhan memanggil kita sekalian untuk menyelamatkan diri, sesama dan dunia dalam kerja sama dengan rahmatNya.