Bacaan Injil Yoh. 10:22-30
Tidak lama kemudian tibalah hari raya Pentahbisan Bait Allah di Yerusalem; ketika itu musim dingin.
Dan Yesus berjalan-jalan di Bait Allah, di serambi Salomo.
Maka orang-orang Yahudi mengelilingi Dia dan berkata kepada-Nya: “Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami.”
Yesus menjawab mereka: “Aku telah mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya; pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku, tetapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak termasuk domba-domba-Ku.
Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku.
Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa.
Aku dan Bapa adalah satu.”
Renungan
Dalam bacaan injil hari ini, Yesus menegaskan bahwa domba-domba-Nya mendengarkan suara-Nya, Ia mengenal mereka, dan mereka mengikuti-Nya. Yesus memberikan hidup kekal, dan tak seorang pun dapat merebut mereka dari tangan-Nya. Ini adalah janji kasih yang setia dan perlindungan ilahi yang penuh harapan.
Bersama gereja sejagat, di tahun 2025 ini kita merayakan Tahun Yubileum. Tahun Yubileum 2025 adalah masa rahmat, di mana Gereja mengajak umat untuk menjadi peziarah rohani, melintasi waktu dan hidup dengan mata tertuju pada pengharapan yang dijanjikan oleh Kristus.
Dalam terang bacaan Injil hari ini, pesan yang bisa kita ambil adalah: Pertama, Yesus: Gembala Pengharapan. Sebagai peziarah, kita sering merasa lelah, tersesat, atau bahkan ragu akan masa depan. Namun, Yesus berkata, “Aku mengenal domba-domba-Ku”. Dalam peziarahan iman, Yesus bukan hanya penunjuk jalan, tetapi jalan itu sendiri. Dialah harapan yang hidup. Di tengah dunia yang penuh ketidakpastian, janji-Nya tentang hidup kekal menjadi sumber harapan sejati.
Kedua, Mendengarkan Suara Gembala. Menjadi peziarah harapan berarti peka terhadap suara Allah. Dalam kebisingan dunia, kita diajak untuk melatih hati agar bisa mendengar suara-Nya dalam sabda, Ekaristi, dan sesama. Mendengarkan suara Yesus adalah tindakan iman yang menumbuhkan pengharapan di jalan hidup kita.
Ketiga, Tak Terpisahkan dari Kasih Allah. Yesus menegaskan bahwa tidak ada yang dapat merebut kita dari tangan-Nya. Dalam konteks Yubileum, sebuah tahun pembebasan, pengampunan, dan pemulihan relasi. Ini adalah pengingat bahwa harapan kita para pengikut Kristus tidak pernah pupus, karena bersumber dari Allah yang setia.
Sebagai peziarah pengharapan, kita berjalan bersama Kristus, mendengarkan suara-Nya, dan menaruh hidup dalam tangan-Nya yang penuh kasih. Dalam Tahun Yubileum ini, marilah kita membuka hati untuk pemurnian, pengampunan, dan pembaruan hidup, agar semakin setia mengikuti Sang Gembala menuju kehidupan kekal. Semoga kita semua dimampukan.