Senin Pekan Biasa XII

Bacaan Injil Mat 8:18-22

Ketika Yesus melihat orang banyak mengelilingi-Nya, Ia menyuruh bertolak ke seberang.
Lalu datanglah seorang ahli Taurat dan berkata kepada-Nya: “Guru, aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi.”
Yesus berkata kepadanya: “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.”
Seorang lain, yaitu salah seorang murid-Nya, berkata kepada-Nya: “Tuhan, izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan ayahku.”
Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka.”

Renungan

Keluarga adalah istana yang senantiasa menjanjikan kebahagiaan, sukacita dan kenyamanan. Maka tidaklah mengherankan jika ada orang agak susah untuk berpisah dan tinggal jauh dari keluarganya. Seorang anak akan menangis haru pada saat berpisah dari keluarga demi melanjutkan pendidikan di tempat jauh. Sebab mulai saat itu dia harus hidup mandiri dan berada di luar zona nyaman.

Yesus meminta setiap pengikutNya untuk berani meninggalkan zona nyaman, mau aman-aman saja, sebagaimana dialami dalam hidup keluarga. Yesus menuntut keberanian para pengikutNya untuk menjalani sebuah model hidup yang beda yang penuh resiko, tantangan dan penderitaan. Sebuah cara hidup yang berfokus pada pelayanan dengan meninggalkan berbagi kepentingan diri dan egoisme. Referensi utama menjalani gaya hidup seperti itu adalah Yesus sendiri. Dengan demikian, setiap pengikutNya hendaknya meninggalkan kepentingan dan urusan lain. Bahkan keluarga sekalipun, jika ingin fokus pada cara hidup dan cara kerjanya Yesus. Pilihan hidup itu terasa keras dan terbilang berat. Namun kesediaan para murid di masa lalu, yang juga dihidupi oleh kaum terpanggil saat ini, menjadi bukti bahwa cara hidup yang diminta Yesus bukan mustahil mampu dijalani asalkan kita memusatkan diri berpasrah dan menggantungkan hidup kita pada Yesus sendiri.

Kita pun dalam hidup ini, harus berani meninggalkan zona nyaman kita, dengan berani mengambil resiko dan siap menghadapi berbagai tantangan sebagai akibat dari pilihan hidup kita sendiri. Di dalam dan bersama Tuhan, jika apa yang kita lakukan itu baik dan benar, pasti akan diberkati Tuhan dengan kelimpahan kasih dan rahmatNya.

Dengan mengandalkan kemampuan diri sendiri, mustahil bagi kita untuk hidup selaras dengan kehendakNya. Hanya dengan bergantung dan percaya total kepadaNya, kita akan dibentukNya menjadi pengikutNya yang sejati. Mari tanggapi panggilanNya dengan segera. Belajar untuk melepaskan segala keterikatan kita pada hal-hal duniawi, miliki komitmen untuk mengikuti Dia dengan sepenuh hati dan serahkan diri kita secara mutlak kepadaNya. Semoga kelak didapatiNya kita tetap setia kepadaNya dan layak masuk ke dalam kerajaanNya. Amin. Tuhan memberkati.(RD.Richardus Pangkur)